Tuhan, mengapa ayahku berbeda?
Bila
aku bisa memilih, aku tidak pernah ingin terlahir sebagai seorang putri bila
pada awalnya aku tahu akan seperti ini jalan nasibku. Tapi ibuku selalu bilang
“Kamu tidak boleh bicara seperti itu, tidak baik. Tuhan sudah menentukan ini
untuk kita, yasudah.”
Tuhan,
mengapa ayahku berbeda dari ayah-ayah yang ada di dunia ini? Ah tidak-tidak,
ayahku hanya berbeda dari ayah-ayah mereka, orang-orang terdekatku. Atau
mungkin aku yang berbeda? Pertanyaan itu yang selalu timbul dalam diriku,
membuat aku terdiam disaat teman-temanku menceritakan tentang ayahnya.
Aku
lelah Tuhan. Ini bukan keluhan, ini hanya sebuah rasa yang sudah jengah dengan
keadaan yang sudah tidak aku mengerti apa manfaatnya bila masih terus terjadi.
Aku hanya ingin Engkau tahu kalau aku sudah tidak tahan dengan ini semua.
Mungkin apa karena aku jauh denganmu, sehingga lelah ini benar-benar terasa
sangat memberatkan?
Ibuku
bilang, aku seorang putri satu-satunya di istana ini. Yang harus disayang,
dimanja, bahkan dinomor satukan. Aku rasa semua orang disekelilingku tahu itu.
Tapi kan Kau tahu, aku tidak pernah meminta dimanja apalagi dinomorsatukan.
Keadaan seperti ini sudah membuat aku mengerti jika hidup itu tidak baik bila
harus selalu menuntut. Tetapi terkadang, aku juga ingin seperti para putri yang
ada di istana lain saat sedang bersama ayahnya.
Komentar
Posting Komentar