Rinduku Masih Melulu Tentang Kamu


Iya. Aku memang belum selesai dalam mencintaimu. Maka jangan heran, bila hingga detik ini rinduku masih menyebut namamu. Walau pada awalnya kamu yang memulai mengajakku untuk menulis cerita kita berdua, lalu kamu juga yang mengawali bahwa cerita kita tak lengkap tanpa luka. Sehingga kamu mulai melukiskan luka itu dengan indah di hatiku. Akupun ikut mengawali, awalnya aku terima luka itu dengan tenang, karena aku tahu kamu butuh sesuatu yang baru dan tidak melulu tentang aku. Namun, kamu tidak terima dengan luka yang aku terima dengan tenang ini. Kamu lukis lagi luka yang lain di bagian hatiku yang berbeda. Kali ini, aku masih dengan tenang menerimanya, walau mukaku sudah mulai memerah. Lalu kamu masih tetap saja berusaha menggambar luka yang lain di sisi yang berbeda. Kini, aku menerimanya dengan ketenangan yang sudah sedikit berkurang, muka yang semakin memerah, dan mata yang memandang tak tahu arah. Tetapi sungguh betapa jelinya kamu, kamu masih melihat celah kosong di hatiku. Dan lagi-lagi kamu ukir celah itu dengan luka baru, hingga membuat aku tidak tahu, haruskah aku menerimanya dengan ketenangan yang sama? Walau kini air mataku mulai menetes perlahan karena terdesak di dalam sana.
Sekarang, kamupun mulai bingung. Harus dimana lagi kamu melukis luka untukku, karena semua celah yang ada di hatiku telah kamu gores dengan lembut yang menyiksa. Dan disini, kamu mengakui semuanya dengan kalimat yang tidak terlihat dimana kebenarannya, bahwa luka yang kamu lukis tidaklah sengaja. Semua kamu lakukan karena hanya ingin membuat cerita kita lebih indah, itu alasanmu. Aku hanya bisa tersenyum, menikmati setiap pengakuan bohongmu itu.
Sekarang, sudah waktunya aku. Waktunya aku untuk mengakhiri semua cerita kita, tentang keindahan berkenalan, kenikmatan bercumbu mesra, dan ketenangan luka yang teramat susah untuk aku bacakan dalam cerita kita ini.
Lalu sekarang kamu paham kan, kenapa rinduku masih melulu tentang kamu?

Desember, 2017.

Komentar

Postingan Populer