Nita.

Hari ini, aku menikahimu. Setelah berbagai rute yang kita lewati dan menjadi cerita. Aku sangat yakin tentang kamu. Aku tidak tahu memilikimu kemarin itu benar atau tidak, tetapi yang aku tahu, hari ini Allah memang benar memilihkanmu untukku.

Terimakasih telah menjadi penulis yang indah dalam cerita cintaku. Menghiasi sudut-sudut keraguan dengan ketulusan yang hakiki, mewarnai yang samar dengan nurani.

Aku mencintaimu dengan benar. Walau langkah kita dimulai dengan sesuatu yang tidak patut dicontoh oleh mereka, terutama anak kita kelak nanti. Tapi cintaku ini akan selalu benar untuk kamu.

Sebelum aku mengikatmu pada sebuah janji yang sah dalam agama, aku ingin memberitahumu satu hal. Di dunia ini aku mencintai dua orang wanita, sampai kapanpun aku tidak akan bisa meninggalkannya. Pertama, ibuku, dan kedua kamu. Aku tidak akan meminta kamu harus seperti ibuku, karena aku tahu kamu pasti akan menjadi ibu yang hebat untuk anak-anak kita nanti karena kamu belajar banyak dari ibumu. Aku percaya, setiap wanita punya cara yang berbeda untuk menjadi seorang ibu. Tetapi mereka semua punya satu tujuan yang sama, yaitu menjadi seorang ibu.

Wanitaku. Bantulah aku menjadi imam yang baik untuk ibadah kita di pernikahan ini. Bersama-sama melangkah atas izin Allah. Meng-andil-kan Allah dalam setiap keputusan bahagia kita. Karena tanpa campur tangan Dia, kita tidak akan bisa bersama.

Nita. Dengan tulus aku mencintaimu tanpa koma. Tanpa kata ‘tapi’. Tanpa rasa iri. Tanpa perasaan dengki. Bila nanti saat kita sedang malam pertama, lalu kamu melihat masih ada luka yang membekas karena dia. Biarkan saja itu. Itu hanya luka kering yang sudah tidak lagi sakit. Aku tidak akan berusaha membuatnya hilang dan aku juga tidak akan berusaha membuatnya untuk tetap ada. Biarkan bekas itu seperti itu. Hilang dengan sendirinya, hilang karena ia cemburu akan cumbuan malam pertama kita yang merangsang hati, jiwa dan raga.

Aku, lelaki yang sangat mencintaimu. 

Komentar

Postingan Populer