Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50-11,00 gr/dl. (Varney, 2006)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II. (DepKes RI, 2009)
Menurut WHO, kejadian anemia saat hamil berkisaran antara 20%-89% dengan menetapkan hemoglobin 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.
Dari hasil survey di Indonesia di ketahui angka kematian ibu (AKI) saat ini berkisar antara 300-400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia ini adalah kurangnya gizi. Selain itu, anemia pada ibu hamil juga di sebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu singkat. Sebab itu, seharusnya setiap keluarga wajib berkolaborasi kepada ahli gizi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil agar tidak terjadi anemia yang membahayakan untuk ibu dan janin. Keluarga juga wajib berkonsultasi terhadap Dokter atau Bidan untuk menentukan jarak kehamilan agar cadangan zat besi ibu terpenuhi dan tidak mengakibatkan anemia saat mengandung. Tingginya anemia yang menimpa pada ibu hamil sangat memberikan dampak negativ terhadap janin yang sedang di kandungnya.
Ibu hamil juga memerlukan menu seimbang yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhannya. Hanya saja sedikit berbeda, pada ibu hamil porsi makanan ditambah dari biasanya agar dapat memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan anak yang di kandungnya. Gizi yang baik selama kehamilan akan membantu ibu hamil untuk tetap sehat.
Untuk dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap oranr harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan kopi.
Faktor umur merupakan faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita dan terjadinya anemia. Umur reproduksi yang sehat dan aman untuk kehamilan adalah umur 20-35 tahun. Jika kehamilan di usia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat menyebabkan anemia. Karena pada usia kehamilan < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung lebih sering labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini.
Maka dari sebab itu, wanita yang menikah muda harus memberdayakan diri dan  berani mengambil resiko untuk kehamilannya. Karena tidak mudah bagi usia muda untuk melalui masa-masa kehamilan. Apabila wanita yang menikah di usia muda lalu mengandung dan janinnya tidak memenuhi kebutuhannya, di khawatirkan wanita tersebut akan mengalami anemia saat mengandung. Begitu juga sebaliknya apabila wanita yang umurnya sudah lebih dari 35 tahun.
Untuk memastikan seorang ibu hamil mengalami anemia atau tidak, maka di kerjakan pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemeriksaan darah. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan di pacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen kesemua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar da jantung cepat lelah. Gejala lainnya adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang-kunang, mengantuk, lidah luka, nafsu makan menurun, konsentrasi hilang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
Anemia dapat di cegah dengan cara mengkonsumsi dengan makanan bergizi dan dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia harus selalu di berikan motivasi agar tetap semangat untuk menjalani kehamilannya. Motivasi intrinsik atau motivasi dari diri sendiri lebih baik untuk perkembangan janin dan kehamilannya. Seperti semangat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi saat mengandung, semangat untuk menyadari betapa pentingnya asupan zat gizi terpenuhi untuk dirinya dan janinnya.

Komentar

Postingan Populer